Task-Based Language Teaching (TBLT)
Oleh: Syahrul, M.Pd
A. Pendahuluan
Dalam era pembelajaran bahasa yang berorientasi pada
komunikasi dan makna, pendekatan pengajaran yang menekankan keterlibatan aktif
peserta didik semakin dibutuhkan. Salah satu pendekatan yang menonjol dan terus
berkembang dalam pengajaran bahasa asing adalah Task-Based Language Teaching
(TBLT). TBLT hadir sebagai respons terhadap pendekatan strukturalis-tradisional
yang terlalu menekankan bentuk bahasa (grammar), dengan menggantinya melalui
tugas-tugas bermakna yang menyerupai aktivitas komunikasi nyata. Artikel ini bertujuan menjelaskan secara
komprehensif apa itu TBLT, sejarahnya, bagaimana metode ini diterapkan dalam
pembelajaran bahasa Inggris, contoh kegiatan, serta pendapat para ahli terkait
pendekatan ini.
B. Apa Itu Task-Based Language Teaching (TBLT)?
Task-Based
Language Teaching adalah pendekatan pengajaran bahasa yang menjadikan tugas-tugas
komunikasi nyata sebagai inti pembelajaran. Dalam pendekatan ini, bahasa
dipelajari secara alami melalui keterlibatan siswa dalam tugas-tugas yang
menyerupai kehidupan nyata.
Ellis
(2003) mendefinisikan TBLT sebagai pendekatan yang menggunakan tugas sebagai
unit dasar untuk perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran bahasa. Tugas dalam
TBLT mengacu pada aktivitas yang memiliki tujuan komunikasi yang jelas dan
melibatkan pemrosesan makna terlebih dahulu dibanding bentuk.
Willis
(1996) menambahkan bahwa tugas dalam TBLT adalah kegiatan yang melibatkan
pemrosesan bahasa untuk mencapai hasil yang dapat diamati, seperti menyusun
laporan, membuat rencana, atau menyelesaikan masalah.
Ellis
(2003) menekankan bahwa TBLT menyediakan rich input dan opportunities
for output, dua elemen penting dalam akuisisi bahasa. Ia menyatakan bahwa
tugas menciptakan kondisi yang serupa dengan pembelajaran bahasa pertama secara
alami.
Nunan
(2004) menganggap TBLT sebagai pendekatan yang "student-centered,
process-oriented, and meaning-focused", yang sangat cocok untuk konteks
kelas dengan tujuan komunikasi nyata. Sementara Willis & Willis (2007)
menambahkan bahwa TBLT mendukung otonomi belajar karena siswa didorong untuk
mengambil inisiatif, bekerja sama, dan membuat keputusan sendiri selama proses
pembelajaran.
Namun demikian, Skehan (1996) mengingatkan bahwa terlalu banyak fokus pada makna dapat membuat siswa mengabaikan akurasi struktural. Oleh karena itu, ia menyarankan adanya keseimbangan antara fluency dan accuracy dalam kegiatan berbasis tugas.
C. Sejarah dan Latar
Belakang
TBLT
berkembang sejak 1980-an sebagai lanjutan dari Communicative Language Teaching
(CLT), dan dipengaruhi oleh teori pemerolehan bahasa kedua (Second Language
Acquisition/SLA) yang berfokus pada keterlibatan makna dan interaksi.
Menurut
Prabhu (1987), proyek “Bangalore Project” di India adalah salah satu tonggak
awal penggunaan TBLT secara sistematis. Ia berpendapat bahwa siswa dapat
memperoleh bahasa secara efektif jika mereka berkonsentrasi pada tugas dan
bukan pada bentuk bahasa itu sendiri.
Pendekatan ini kemudian
dikembangkan oleh para ahli seperti Nunan (2004), Ellis (2003), dan Willis
(1996) yang mengembangkan kerangka teoretis dan model implementasi tugas dalam
konteks pembelajaran bahasa.
D. Prinsip dan Implementasi
TBLT
Task-Based Language Teaching
biasanya terdiri dari tiga tahap utama:
1. Pre-task
Pada tahap ini, guru memperkenalkan topik dan
memberi contoh bahasa atau strategi yang mungkin digunakan siswa dalam
menyelesaikan tugas.
2. During-task
Siswa menyelesaikan tugas utama, sering kali dalam
kelompok kecil. Guru berperan sebagai fasilitator, bukan pusat perhatian. Fokus
utama adalah pada makna, bukan bentuk.
3. Post-task (Language
Focus)
Siswa mempresentasikan hasil tugas mereka, lalu
guru memberikan umpan balik dan memperkuat struktur bahasa yang muncul selama
tugas.
E. Contoh Tugas dalam
Pembelajaran Bahasa Inggris
Tugas: Merencanakan Perjalanan Wisata
- Pre-task:
Siswa mendengarkan dialog atau membaca teks tentang perencanaan liburan.
- During-task: Dalam kelompok, siswa merancang rencana
liburan lengkap dengan tujuan, aktivitas, transportasi, dan biaya.
- Post-task: Setiap kelompok mempresentasikan rencananya.
Guru menyoroti penggunaan future tense dan ekspresi memberikan saran.
Contoh lainnya:
- Melakukan survei tentang kebiasaan makan
teman sekelas.
- Menyusun prosedur
membuat makanan tradisional.
- Mewawancarai teman dan menulis profilnya.
F. Kelebihan & Kelemahan
Kelebihan:
- Meningkatkan partisipasi aktif dan motivasi
siswa.
- Menyediakan konteks otentik untuk penggunaan
bahasa.
- Mendorong kolaborasi dan komunikasi nyata.
- Mendukung pengembangan keterampilan berpikir
kritis dan pemecahan masalah.
Kelemahan:
- Memerlukan persiapan dan perencanaan yang
matang dari guru.
- Dapat menyulitkan siswa dengan kemampuan
bahasa rendah.
- Tantangan dalam evaluasi hasil belajar
berbasis tugas.
- Tidak semua konteks pendidikan mendukung
kebebasan dan fleksibilitas metode ini.
G. Kesimpulan
Task-Based Language Teaching
merupakan pendekatan pembelajaran bahasa yang berfokus pada penggunaan bahasa
melalui tugas-tugas bermakna. Dengan menempatkan siswa sebagai pelaku aktif
dalam proses belajar, TBLT mendukung pembelajaran yang komunikatif, interaktif,
dan kontekstual. Meskipun terdapat tantangan dalam penerapannya, TBLT
memberikan kerangka kerja yang kuat untuk mengembangkan kompetensi berbahasa
Inggris secara holistik dan natural.
- Ellis, R. (2003). Task-Based
Language Learning and Teaching. Oxford University Press.
- Nunan, D. (2004). Task-Based
Language Teaching. Cambridge University Press.
- Prabhu, N. S.
(1987). Second Language Pedagogy. Oxford University Press.
- Skehan, P. (1996). A
Framework for the Implementation of Task-Based Instruction. Applied
Linguistics, 17(1), 38–62.
- Willis, J. (1996). A
Framework for Task-Based Learning. Longman.
- Willis, D., &
Willis, J. (2007). Doing Task-Based Teaching. Oxford University
Press.
0 Response to "Task-Based Language Teaching (TBLT)"
Posting Komentar