Reafirmasi Pendidikan Islam dan Identitas Kebangsaan
Untuk
menumbuhkan kembali rasa kebangsaan terhadap mahasiswa IAIN
Bukittinggi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) mengelar seminar
nasional bertema “Reafirmasi Pendidikan Islam dan Identitas Kebangsaan “
di Gedung Student Center IAIN Bukittinggi, Senin (5/12).
Seminar nasional tersebut dibuka secara resmi oleh Rektor IAIN Bukittinggi Dr. Ridha Ahida dengan menghadirkan narasumber Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag. M, Si dan Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Univeritas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Suparto M Ed. Ph.D.
Seminar nasional tersebut dibuka secara resmi oleh Rektor IAIN Bukittinggi Dr. Ridha Ahida dengan menghadirkan narasumber Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag. M, Si dan Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Univeritas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Suparto M Ed. Ph.D.
Dalam
sambutannya, Dr. Ridha Ahida mengatakan, banyak cara untuk memperkuat
identitas kebangsaan, tetapi FTIK melihat ada satu perspektif yang akan
bisa memperkokoh identitas kebangsaan tersebut yaitu dari perspektif
pendidikan Islam.
Melalui
seminar ini diharapkan bisa dilihat bagaimana membentuk dan memperkuat
identitas kebangsaan dari perspektif pendidikan Islam, sehingga nantinya
perspektif pendidikan Islam menjadi suatu hal atau suatu kebijakan
dibidang pemerintahan untuk memperkokoh identitas kebangsaan.
Dekan
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Abdul
Mujib, M. Ag. M, Si mengatakan, umat Islam harus mengambil peran dan
memberikan kontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam sisi
apapun, karena keberadaan negara Indonesia tidak terlepas dari
perjuangan umat Islam.
Nilai
nilai kebangsaan sekarang ini sudah semakin hilang, karena disebabkan
Indonesia mengalami krisis multi dimensi bangsa diantaranya, krisis
politik, kepercayaan ekonomi, hukum dan pertahanan keamanan. Bahkan saat
ini seseorang yang melakukan kritikan terhadap pemerintah dibilang
makar.
“Indonesia
mengalami krisis dalam bidang penegakan hukum, ini dapat kita lihat
dari beberapa orang lain yang melakukan penistaan terhadap agama
langsung dipenjara. Sementara Ahok untuk menjadi tersangka saja
mengalami proses yang panjang dan tidak dipenjara,” kata Abdul Mujib.
Belum
lagi, masalah kehidupan berbangsa yang dihadapi saat ini seperti
kesenjangan dan ketidakadilan, konflik vertikal antara orang kaya dengan
orang miskin dan horizontal, konflik antara kuat dan yang lemah serta
antara masyarakat mayoritas dan minoritas. Problem Primordialisme dengan
latar berlakang SARA, serta masalah globalisasi dan factor eksternal
lain.
Suatu
konflik bagi orang Islam harus dihadapi dan bukan untuk dihindari.
“Oleh sebab itu, kita sebagai orang Islam harus mendapat rahmatanlil
alamiin, jangan sampai kita itu menjadi momok bagi yang lainnya,” tutur
Abdul Mujib.
Ternyata,
di dunia negara berpenduduk mayoritas selalu menindas penduduk
minoritas, kecuali Indonesia. Sebab penduduk Indonesia mayoritas
beragama Islam tidak menindas penduduk non Islam yang minoritas. “Kasus
Ahok yang mengebohkan saat ini, bukan masalah Islam dengan non Islam.
Akan tetapi ini murni masalah pribadi Ahok itu sendiri,” jelasnya.
Narasumber
lain, Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Univeritas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidaytullah Jakarta, Suparto M Ed.
Ph.D mengatakan, Pendidikan Islam harus memiliki kontribusi, dimana
kontribusi tersebut mesti berkualitas yang artinya umat Islam harus
berkualitas dengan daya saing tinggi.
Selain
itu penguatan karakter Islami melalui materi soft skills. Dan tak lupa
umat islam harus menanamkan rasa cinta tanah air dan pengabdian diri
kepada kemajuan bangsa dan negara. Serta tak kalah pentingnya harus
sanggup membangun relevansi dengan disiplin ilmu lainnya.
Menurut
Suparto tantangan kedepan umat Islam masih banyak, mulai dari Islamic
umatism, Islamic nationalism, Islamic transnationalism dan ideologi
baru, serta Pendidikan Agama yang masih bersifat kognitif dan mayoritas
masih secara kuantitatif namun minoritas dalam kualitatif.
Adapted from: Humas IAIN
Bukittinggi
Assalamu'alaikum. Mr, this is me, Siti Nurhaliza/2313.067 from PBI 5C. i've done my final project. i hope you will check it on my blog address http://sitinurhalizasn.blogspot.co.id/. Thank you.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAssalamualaikum sir, this is my latest blog, rina ridaos 2314.106
BalasHapushttps://rinaridaos.blogspot.co.id
PBI 5C
Assalamualaikum Pak, This is Mellisa Putri 2314.060 PBI 5B
BalasHapushttp://mellisaputri95.blogspot.co.id/